Melihat judul diatas, timbul satu pertanyaan yang menggelitik syaraf otak kita. Memang apa hubungannya rasa lapar dengan menonton TV ?
Tanpa kita sadari, hobi menonton TV hingga larut malam bahkan sampai pagi menjelang berpotensi untuk merangsang rasa lapar yang pada akhirnya meningkatkan kuantitas tubuh kita --alias tambah berat badan--
Aktivitas menonton bola misalnya. Tak jarang ada adegan selingan (huftt....maksudnya makanan pendamping ^_^) yang menemani selama kegiatan menonton itu berlangsung. Mengapa harus ada makanan pendamping ? Ternyata aktivitas menonton TV hingga larut malam merupakan salah satu penyebab tubuh memproduksi hormon "ghrelin" kadar tinggi. Yaitu hormon pemicu rasa lapar. Bisa ditebak, menonton TV hingga larut malam bahkan hingga pagi memangkas waktu tidur kita. Padahal dengan tidur cukup potensi untuk kehilangan lemak dua kali lebih banyak dibanding mereka yang kurang tidur.
Seperti yang dikutip Daily Mail ; Penelitian baru mengungkapkan kurang tidur meningkatkan kadar hormon yang menyebabkan rasa lapar. Para peneliti melacak turunnya berat badan pada sepuluh relawan yang menghabiskan empat minggu di laboratorium. Mereka semua menjalani diet rendah kalori.
Selama satu minggu pertama, para relawan diperbolehkan tidur selama delapan setengah jam semalam. Yang kedua tidur mereka dibatasi selama lima setengah jam semalam. Mereka menghabiskan hari-hari mereka melakukan kegiatan mirip pekerjaan rumah atau kantor atau kegiatan waktu senggang.
Pada akhir uji coba, para peneliti menemukan bahwa para relawan kehilangan jumlah berat badan yang setara. Tetapi perbandingan kehilangan lemak lebih tinggi dengan tidur cukup selama dua minggu.
Rata-rata berat badan berkurang 3 kg selama 14 hari. Selama minggu-minggu tidur cukup, para relawan kehilangan kira-kira 1 kg lemak dan 1 kg "fat-free body mass," kebanyakan protein.
Selama masa tidur singkat, peserta kehilangan rata-rata 0.5 kg lemak dan 2 kg "fat-free body mass."
Penelitian dipimpin oleh Plamen Penev, asisten profesor ilmu kedokteran di Universitas Chicago. Penemuan ini akan dipublikasikan dalam "Annals of Internal Medicine."
"Memotong durasi tidur, perilaku yang umum dalam masyarakat modern, tampak sebagai upaya kompromi untuk menghilangkan lemak melalui diet," kata Penev.
Tak heran, jika aktivitas menonton TV justru membuat rasa lapar kian meningkat. Hal ini diperparah dengan pilihan menu makanan.
Makanan yang biasa jadi teman bersenang-senang adalah makanan bertepung, manis dan berminyak, atau berlemak. Bahaya yang mengancam dari makanan jenis ini adalah rasa lapar yang cepat datang, sehingga timbul keinginan makan terus-menerus. Biskuit dan goreng-gorengan pun jadi pilihan utama. Padahal makanan itu mengandung banyak gula. Ini akan merangsang insulin, sehingga timbul rasa lapar lagi. Tanpa terasa kita akan makan banyak sekali.
Sebagai gantinya, cari camilan yang proses memakannya lama. Contohnya, pilih kuaci karena lama proses makannya. Lebih ideal lagi jika memilih buah sebagai teman nonton. Pilihlah yang butuh proses untuk memakannya seperti salak, pepaya, dan buah lain yang perlu dikupas dulu.
Sebenarnya banyak pilihan makanan sehat saat menonton TV, misalnya kacang kulit rebus, kacang kedelai rebus, singkong atau ubi rebus. Makanan ini sehat dan tidak bikin cepat lapar.
Kalau minumannya? Jangan minum soda atau bir. Kopi boleh saja, tetapi kalau punya tekanan darah tinggi pilihlah yang decafeinated. Jangan tambahkan gula atau krim terlalu banyak.
Akhir kata, jangan korbankan kesehatan demi sebuah hobi. Alangkah baiknya jika hobi justru mendukung kesehatan.
0 Komentar