Menyatukan Perbedaan







Menyatukan Perbedaan – Menikah adalah arena pertarungan ‘sebenarnya’ dalam mengelola perbedaan antara dua insan manusia. Perbedaan yang telah ada menjadi tugas bersama untuk dikelola dengan baik. Sehingga menjadikannya sebagai penyangga utama keutuhan rumah tangga.

Bayangkan ketika memutuskan mengakhiri masa lajang, untuk kemudian menyunting/disunting pendamping hidup tetapi tidak siap dengan perbedaan-perbedaan yang akan menyapa. Bahtera rumah tangga yang seharusnya mendatangkan rasa aman, tentram dan damai, justru menjadi ladang pelampiasan kekesalan. 


Lalu, untuk apa ada perbedaan jika itu hanya mendatangkan keburukan? Sejatinya perbedaan adalah salah satu unsur penciptaan alam semesta. Lihatlah bagaimana Allah mempergilirkan siang dan malam, penciptaan langit diiikuti dengan penciptaan bumi (Al-Baqarah:164). 


Jadi perbedaan bukan mendatangkan keburukan. Justru didalamnya terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya. Oleh karena itu sangat penting sekali berbaik sangka dalam setiap keadaan. Karena hal itu akan mendekatkan kita pada kebenaran. 



Dalam rumah tangga, perbedaan menjadi indikator sejauh mana kedewasaan kita dalam menyelesaikannya. Mereka yang berjiwa ksatria, akan melihat perbedaan yang ada adalah potensi untuk merekatkan cinta dan kasih sayang yang menjadi fondasi utama dalam berumah tangga. Indikasi cinta yang barokah adalah cinta yang senantiasa mengingatkan untuk senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya. Sebaliknya, mereka yang bermental pecundang akan selalu menyalahkan keadaan. 


Ada perbedaan yang harus dijaga untuk meredam potensi konflik jika diutak-atik. Tetapi ada juga perbedaan yang harus dilebur demi tujuan dan cita-cita bersama. 


Ada yang tahu mengapa minyak dan air tidak pernah menyatu? Jawabannya sederhana, karena mereka punya 'cara yg berbeda' untuk bersatu. Air merupakan cairan Polar, sedangkan minyak Non-Polar. Secara singkat Polar adalah kutub/muatan. Jadi molekul air terdiri dari kutub positif dan negatif. Sedangkan molekul minyak sifatnya netral, tidak terdapat kutub positif dan negatif.

Jadi jika keduanya 'dipaksakan' bersatu, maka akan muncul gejolak. 

Ketika memanaskan minyak dalam kuali kemudian kita campurkan air, apa yg terjadi? Dipastikan akan menimbulkan gemercik suara yg sangat berisik dan diakhiri dengan salah satunya menguap/menghilang.


Lalu bisakah keduanya disatukan?


Minyak dan air tetap bisa berdampingan tanpa ada yg dikorbankan. Bahkan keduanya menghasilkan perpaduan warna yang indah. Pun..... Jika ingin menyatukan keduanya, kita membutuhkan sebuah emulsifier. Ketika tangan terkena minyak, apa yg kita gunakan untuk menghilangkannya? Yup.... Sabun tentunya. Karna molekul sabun bersifat polar dan non-polar. Sebagai hasilnya, kita akan melihat gelembung sabun yg menyebabkan minyak hilang.


Begitulah gambaran mengelola perbedaan dalam rumah tangga. Setiap kita adalah pribadi unik, yang membawa sifat dan karakter berbeda satu sama lain. Perbedaan ini adalah fitrah kita sebagai manusia. Akan menjadi bom waktu yang dapat meledak kapanpun jika perbedaan ini diutak-atik.

Seorang suami yang memiliki hobi membaca, tentu akan merasa tersinggung jika istri kerap memarahinya ketika ia mengisi me time dengan membaca. Banyak lagi perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Dengan menghargainya, berarti kita menghadirkan pelangi dalam rumah tangga kita. Sehingga pernikahan akan langgeng hingga maut menjemput (Insya Allah)


Tetapi ada juga perbedaan yang kudu dilebur, demi kepentingan dan cita-cita bersama. Misal, Setiap pasangan tentu memiliki konsep yang berbeda dalam mengasuh anak. Nah... Perbedaan ini harus disatukan untuk menemukan solusi. Disinilah emulsifier (perantara) berperan penting dalam menyatukan perbedaan. Emulsifier ini adalah ego yang harus ditahan demi kepentingan bersama.


Pada akhirnya.....

Selamat menikmati dan mengelola perbedaan kawan! Menyatukan perbedaan bukan hal yang perlu ditakuti atau dihindari karena takut akan potensi konflik yang muncul. Karena sejatinya perbedaan adalah harmoni keindahan. Tinggal bagaimana kita mengelolanya hingga perbedaan itu menjadi perekat rumah tangga. Semoga keluarga yang kita bangun Samara sampai ke Jannah-Nya.


Sahabatmu,

Rahmad Al-Abror

Posting Komentar

2 Komentar

  1. saya ngeri baca paragraf awalnya. Pernikahan adalah arena pertarungan sebenarnya. nah kita bertarung sama pasangan gitu yaa hihih.

    ngeriiiih Oom ngeriiih..

    BalasHapus
  2. Yaa semacam gitulah om anto......^___^

    BalasHapus